Beri Pendidikan Bagi Suku Akit, Guru di Kepulauan Meranti Ini Dapat Penghargaan Wanita Berjasa di Provinsi Riau

Ket foto : Norhayati als Rita bersama anak didiknya

SELATPANJANG - Tanpa terkecuali, semua warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Begitulah yang ada di pikiran Norhayati (34) seorang guru yang mengajar di Sekolah Marginal Baran Melintang, Kecamatan Pulau Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti.

Norhayati, seorang guru yang mengajar di Sekolah Marginal Baran Melintang, Kecamatan Pulau MerbauIbu tiga anak ini sudah mengajar bagi anak-anak pedalaman (suku Akit) sejak 10 tahun silam atau tepatnya tahun 2013.

Mengajar di tempat yang jauh dan kondisi geografis yang sulit bukanlah hal yang mudah. Jauh dari akses kehidupan kota, sulitnya jaringan, jalanan yang rusak dan lainnya menjadi hal yang harus dilalui Norhayati setiap hari.

Namun demikian Norhayati tetap menikmati hal tersebut, semua didorong dengan motivasi dasarnya agar anak-anak di suku pedalaman tetap bisa mengeyam pendidikan seperti anak-anak lainnya.

Rita, panggilan akrabnya sehari-hari. Dia mengaku sudah mengajar di SD Marginal itu sejak tahun 2013. Walaupun Rita sendiri sebenarnya merupakan warga Desa Mekong, Kecamatan Tebingtinggi Barat.

"Sejak 2013 saya mengajar di Desa Marginal. Banyak suka dan duka untuk bisa mengajak anak-anak Suku Akit di sana. Tapi kita juga bersyukur bisa mengajar untuk anak-anak di sana," tuturnya.

Rita tidak memungkiri bahwa kesadaran orang-orang pedalaman akan pendidikan masih terbilang rendah. Keterisoliran disinyalir menjadi faktor utama yang membuat orangtua menilai pendidikan belum cukup penting saat ini.

"Orangtua anak-anak di sini cukup sibuk untuk bekerja dan kurang didorong oleh orangtua. Selain itu akses ke sini juga sulit artinya terisolasi jadi kurang memahami pentingnya pendidikan," ujarnya.

Rita juga sempat bercerita awal dirinya mengajar di sana. Kondisi anak yang kurang rapi dan tidak mementingkan kebersihan juga harus dihadapinya. Sampai-sampai Rita harus turun tangan sendiri untuk memandikan dan memberikan edukasi kebersihan kepada anak.

"Dulu anak-anak itu ke sekolah ada yang tak mandi saya mandikan, kukunya yang panjang saya potong, saya sisir rambutnya. Sekarang alhamdulilah sudah banyak perubahan," tuturnya.

Rita tercatat telah mengabdi sebagai guru selama 7 tahun di SD Negeri 14 Baran Melintang Sebagai guru kelas. Kemudian pada tahun 2013 ditempatkan bekerja di SD Marginal yang merupakan kampung atau daerah yang banyak suku akitnya.

Sehari-hari rita harus mengakses sekolah menggunakan sepeda motor. Namun demikian pada musim hujan dan air pasang dalam, dia harus menggunakan akses lain menggunakan kapal.

"Akses jalan yang sulit saya tempuh ketika musim hujan dan banjir rob yang menjadi kendala untuk menuju ke sekolah. Saya dan kawan-kawan guru seperjuangan harus berani melewati jalan tersebut untuk sampai ke sekolah," ceritanya.

Bisa mengajar di daerah terpencil merupakan suatu kebanggaan baginya karena bisa berbagi ilmu dan pengamalan dengan anak-anak di sana.

"Selama menghonor di SD Marginal, Alhamdulillah saya bisa melanjutkan studi ke UPBJJ-UT Pekanbaru Pokjar Selatpanjang. Saya lulus kuliah dan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada tahun 2021," katanya.

Tidak dipungkiri Rita, suka duka mengajar anak-anak suku akit memang beragam, namun bisa berbagi ilmu dan pengamalan dengan anak-anak suku akit selalu membuatnya tersenyum karena mereka juga memiliki semangat yang luar biasa dan rasa ingin tau seperti anak-anak pada umumnya. Mereka juga bersemangat dalam mengikuti pembelajaran apalagi jika diajak belajar sambil bermain di luar tempat belajar.

Anak-anak suku akit tidak semuanya rajin datang ke sekolah, apalagi pada musim hujan dan akses jalan yang putus seperti jembatan penyeberangan dari daerah hulu ke hilir tempat belajar (rumah salah seorang penduduk suku akit) yang mereka tumpangi sekarang.

Dirinya berharap pemerintah memperhatikan akses jalan ke sekolah yang sudah rusak dan bangunan sekolah yang saat ini sangat memprihatinkan.

"Kami berharap untuk akses jalan yang baik dan gedung sekolah yang layak. Karena sementara itu kami juga masih menumpang di rumah warga," aku Rita.

Dirinya juga memiliki mimpi agar tidak ada lagi anak-anak khususnya suku akit yang putus sekolah.

"Saya berharap anak-anak didik saya tidak putus sekolah dan hanya lulus SD. Alhamdulillah, beberapa tahun yang lalu alumni SD Marginal banyak yang melanjutkan ke SLTP dan 1 orang lulus di SLTP 3 Pulau Merbau. Namun yang lain putus sekolah karena jarak tempuh yang jauh dari rumah ke sekolah tersebut," pungkasnya.

Beberapa waktu yang lalu Wakil Gubernur Riau (Wagubri), Brigjen TNI (purn) Edy Natar Nasution menyerahkan penghargaan kepada 12 perempuan berjasa dan berprestasi di Povinsi Riau.

Penghargaan diserahkan pada peringatan puncak Hari Kartini tahun 2023 di Gedung Daerah, Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Jumat (26/5/2023). 12 perempuan penerima penghargaan ini diyakini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.

Rita menjadi salah satu yang menerima penghargaan mewakili Kepulauan Meranti bidang pendidikan.

Penulis : Ali Imroen

TERKAIT