Jaga Lingkungan, KLHK Target Rehabilitasi 12,23 Juta Ha Hutan & Lahan

Ket Foto: Acara talkshow dengan tema 'Menanam Harapan Energi Baru Terbarukan Melalui Rehabilitasi Hutan dan Lahan'detikcom/Muhammad Sulthon

Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menargetkan Rencana Umum Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RUHL) mencapai 12,23 juta hektare (ha). Rehabilitasi ini merupakan langkah KLHK dalam menjaga dan mengendalikan lingkungan dalam waktu jangka panjang.

Direktur Rehabilitasi Hutan KLHK Nikolas Nugroho Surjobasuindro mengatakan saat ini sudah tidak ada batasan komoditas dalam melakukan rehabilitasi di kawasan-kawasan hutan. Ia menyebut aturan ini tercantum dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 23 Tahun 2021.

"Nah, ini juga dalam konteks komoditas saat ini untuk kawasan-kawasan di dalam hutan produksi maupun hutan lindung sudah tidak ada lagi pembatasan untuk jenis-jenis tertentu. Jadi kalau dulu sebelum Permen 23 ini keluar, itu ada batasan misalnya untuk kawasan hutan produksi, tanaman yang digunakan adalah 70% kayu-kayuan misalnya, 30% HHBK, kemudian untuk hutan lindung kebalikannya 70% HHBK dan 30% kayu-kayuan," ujarnya, dikutip Senin (18/9/2023).

Pernyataan itu ia sampaikan saat mengisi acara talkshow dengan tema 'Menanam Harapan Energi Baru Terbarukan Melalui Rehabilitasi Hutan dan Lahan' di festival LIKE (Lingkungan-Iklim- Kehutanan-Energi Baru Terbarukan) di Indonesia Arena, Kawasan Gelora Bung Karno, Minggu (17/9/).

Lebih lanjut, target tersebut merupakan peran KLHK dalam mendorong Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dicanangkan untuk menekan laju emisi hingga 29% tanpa dukungan internasional, dan 41% dengan dukungan internasional pada 2030.

Pada kesempatan yang sama, Peneliti BRIN Budi Leksono mendukung rencana penggunaan lahan 12,23 ha untuk menjaga kelestarian alam. Ia mengungkapkan perlu adanya aksi nyata dalam melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, salah satunya bertanam.

"Tadi disampaikan oleh Pak Niko bahwa ada 12 juta ha yang harus kita rehabilitasi dan ada komitmen terhadap dunia. Kemudian yang kedua bahwa ke depan net zero emission sudah menjadi komitmen dunia juga, Indonesia mencanangkan 2060, tetapi sebetulnya dunia mencanangkan 2050. Artinya apa, kalau kita tidak ada aktivitas mulai hari ini maka anak cucu kita tahun 2050 susah bernafas," tuturnya.

"Oleh karena itu satu upaya yang bisa kita lakukan adalah menanam karena dengan menanam pohon dan tanah akan menyimpan karbon, dan akan mengeluarkan oksigen untuk bernapas bagi anak dan cucu kita nanti," tambahnya

Sebagai informasi, rangkaian talkshow ini juga turut dihadiri peneliti BRIN Budi Leksono, Guru Besar IPB Hariadi Kartodihardjo, dan Vice President Fit Biomassa PT PLN Erfan Julianto.

Gelaran festival LIKE merupakan komitmen Indonesia di kancah Internasional terkait kepeduliannya terhadap lingkungan alam. Acara ini juga menjadi langkah untuk rangkaian Road to COP 28 UNFCCC, yang akan berlangsung di Dubai, UEA.

sumber : detikcom


TERKAIT