Rahmayani Wanita Bermental Baja Dari Dumai.

Rahmayani Wanita Pekerja Keras Tak Kenal Lelah

Dumai - mimbarnegeri.com, Wanita mandiri cenderung gak mengantungkan atau mengandalkan orang lain. Mereka juga gak ragu melakukan berbagai hal sendirian, termasuk untuk mengatur keuangan sendiri. Hal ini mencerminkan karakter wanita mandiri yang tangguh dan pintar. Itulah yang tercermin dari Rahmayani Wanita bermental baja dan mandiri dari Kota Dumai sangat mengenal dirinya sendiri.

Kita masih ingat apa yang dikatakan Cut Nyak Din seorang pahlawan wanita asal Aceh, Cuma sedikit orang yang rela menjadi kecil, sehingga bisa dipakai oleh Allah untuk melewati lubang-lubang ujian yang sempit. Yeni panggilan akrab Rahmayani salah seorang wanita yang tidak ingin menjadi kecil oleh karenanya ia merubah lubang yang sempit menjadi kemudahan.

Wanita tangguh ini bergelut diberbagai bidang, mulai dari kontraktor, kuliner sampai pada usaha kecil menengah, salah satu usaha yang saat ini dikerjakannya adalah penimbunan Tanah untuk mempercepat pembangunan dikawasan Industri, usaha ini semula berjalan lancer, akan tetapi terhenti karena kendala kecil.

Menurut Yeni salah seorang Pengurus Iwapi Kota Dumai yang membidangi ekonomi, menyebutkan bahwa pembangunan kota Dumai saat ini tumbuh begitu pesat, karena mendapatkan kepercayaan para Investor yang sedang membangun dikawasan Industri Lubuk Gaung dan Pelintung.

Ini merupakan peluang besar dan harus ada manfaat buat masyarakat kota Dumai, terutama dalam hal kesempatan kerja, oleh karenanya, bersama Kordinasi Pimpinan Daerah  (Forkopinda)  membahas kesempatan kerja ini bagi masyarakat Kota Dumai, hasilnya Forkopinda sepakat ini pekerjaan merupakan kearifan local untuk itu dapat diberikan ruang untuk pekerjaan tanah timbun tersebut.

Yeni ! wanita baja dari Dumai yang ikut dalam rapat dengan Forkopinda, tokoh-tokoh masyarakat, LSM dan Pers telah disepakati bahwa pekerjaan tanah timbun ini merupakan kebijakan bersama, yaitu  kearifan lokal Yeni mengatakan bahwa, meski ada kritik mestinya pekerjaan tidak perlu dihentikan, sebab kritikan itu bagian dari control dalam era demokrasi ini.

“Kritik dan control itu perlu agar kita tidak salah melangkah, bagi yang mengkritik mungkin belum faham dan belum banyak tahun tentang apa itu  ‘kearifan local itu’ yang dapat memberikan peningkatan pembanguna terhadap daerah serta dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan”, jelas Yeni

Yeni siwanita tangguh ini juga mengatakan, mungkin hasil kesepakatan Forkopindo ini perlu dituangkan dalam Peraturan Walikota agar jelas payung hukumnya, kan walikota punya hak melakukan “Diskresi”. Apa itu Diskresi? Diskresi adalah Kebebasan Mengambil Keputusan Sendiri Dalam Setiap Situasi yang dihadapi dan hak itu melekat pada Walikota” kata Yeni persis seperti ucapan politisi kawakan.

Tidak hanya sampai disitu, wanita baja ini juga mengutip UU No.23 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah, bukankah Otonomi Daerah adalah Hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam system NKR? Kata Yeni seperti bertanya.

Ahh..sampai disini dulu bang, nanti kita sambung lagi pembicaannya, saya lagi ditunggu karena pekerjaan kata Yeni menutup pembicaraannya.

TERKAIT