Turki: Beberapa Negara NATO Mau Perang Rusia-Ukraina Berlanjut

Menlu Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan sejumlah anggota NATO ingin perang Rusia dan Ukraina terus berlanjut.

Jakarta -- Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan sejumlah negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ingin perang Rusia dan Ukraina terus berlanjut.

"Beberapa negara Barat ingin perang terus berlanjut, termasuk anggota NATO. Maksud saya bukan hanya Amerika Serikat, tapi juga negara-negara anggota NATO," kata Cavusoglu kepada Haber Global TV, Selasa (23/8), seperti dikutip TASS.

Sebagaimana diberitakan Newsweek, Cavusoglu turut menyinggung keinginan beberapa negara Eropa untuk melakukan sabotase akan kesepakatan pengiriman gandum Ukraina yang sempat dihalangi Rusia.

Namun menurutnya, AS tak ikut-ikutan upaya memboikot ekspor gandum Ukraina. AS, katanya, malah membantu proses kesepakatan ekspor gandum dari Ukraina.

"AS berkontribusi [kesepakatan gandum], termasuk mencabut pembatasan ekspor pupuk Rusia, mencabut pemblokiran pelabuhan dan [mencabut pembatasan] operasi perbankan. Namun, beberapa negara Eropa ingin menyabotase ini," tuturnya.

Meski begitu, Cavusoglu tidak membeberkan detail negara mana saja yang ia duga ingin memperlama perang, pun menyabotase kesepakatan ekspor gandum.

Newsweek sendiri telah menghubungi NATO untuk meminta komentar, tetapi belum dibalas.

Perang antara Rusia dan Ukraina berlangsung sejak Februari, kala Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi. Tindakan Putin ini menuai kecaman berbagai negara dunia, termasuk NATO.

Posisi NATO membela Ukraina, dengan banyak negara anggota blok itu memberikan bantuan militer dan kemanusiaan ke Kyiv.

Namun, Turki, yang notabene merupakan anggota NATO, mencoba netral. Turki tetap menjalankan hubungan ekonomi dengan Rusia kala negara NATO lain menjatuhkan sanksi ekonomi.

Di sisi lain, Turki tetap menyuarakan dukungan ke Ukraina.

TERKAIT