Pengamat Politik Nilai KBS Lebih Diunggulkan di Pilkada Bengkalis

PEKANBARU - Pengamat Politik dari Universitas Riau, Saiman Pakpahan menilai, dari empat pasangan calon (Paslon) yang bertarung di Pilkada Bengkalis 2020, Paslon Nomor Urut 03, Kasmarni dan Bagus Santoso (KBS), lebih diunggulkan.

Menurut Saiman, Kasmarni yang merupakan istri Bupati Nonaktif Bengkalis Amril Mukminin, memiliki potensi menang cukup tinggi ketimbang Paslon lain. Apalagi, selama ini Amril dikenal sebagai sosok pemimpin yang dermawan.

"Tentunya calon petahana maupun keluarganya, memiliki jaringan di masyarakat dari yang paling bawah sampai teratas. Juga di struktur organisasi pemerintah dan di masyatakat. Istilahnya, Kasmarni start di pemilih 30 persen suara warga Bengkalis," kata Saiman, Minggu (6/12/2020).

Penilaian Saiman ini berbeda dengan pengamat Hasanuddin yang menilai pasangan KBS tidak dalam posisi unggul. Hasanuddin menilai kasus gratifikasi yang menimpa suami Kasmarni dapat memberatkannya menduduki kursi Bengkalis Satu.

Menanggapi hal ini, Saiman menilai, penyampaian Hasanuddin merupakan asumsi yang butuh dilakukan pendalaman. "Karena ini baru sekedar asumsi, dan butuh pendalaman empiris," kata Saiman.

Saiman mengatakan, untuk membuktikan asumsi keterhubungan antara kasus gratifikasi Amril dan tingkat elektabilitas Kasmarni Bagus di Pilkada 9 Desember mendatang, tidak bisa sembarangan. Dia menilai, Hasanudin mencoba memperlihatkan keadaan pemilih tradisional dengan memberi indikator nilai, norma dan pranata.

"Dalam konteks sosial, benar. Karena norma, pranata dan norma-norma dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia secara umum, dan diasumsikan akan berbeda ketika agenda settingnya bergeser ke arena politik, dengan struktur politik yang patronage (patron-clien). Kita masih membutuhkan data di lapangan untuk menghasilkan hubungan kasus gratifikasi dan elektabilitas di Kabupaten Bengkalis pada Pilkada yang akan datang," ujarnya.

Dalam suasana/typical politik pemilih yang tradisional, format politik di Indonesia yang patronase sangat dimungkinkan sosok yang telah berjasa, sosok pengayom dan sosok yang mengerti akan kebutuhan dasar masyarakat diposisikan sebagai ‘ayah’ oleh pemilih.

"Dan kondisi ketergantungan ini sangat gampang untuk diarahkan melakukan pilihan pilihan politik tertentu. Massa (pemilih) dengan kesadaran tinggi akan memutuskan pilihan kepada sosok yang telah memberikan mereka kebutuhan dasar. Ini juga barangkali yang ditemui oleh surveyor lembaga survey di lapangan, dengan menempatkan pasangan KBS pada posisi nomor satu dalam hasil survey," terangnya.

Saat ini, informasi yang beredar di publik beberapa survey itu menepis asumsi Hasanuddin yang menyebutkan bahwa ada relasi antara kasus gratifikasi dan elektabilitas.

"Ternyata di sejumlah survey terlepas itu dari survey mana saja (lembaga). Tapi beberapa surve dari partai masih menempatkan Kasmarni pada posisi teratas," tukas Saiman.(hrc)

TERKAIT