Kasus Covid-19 di Sekolah Naik, Diskes Riau Minta Sekolah Tidak Full Day

PEKANBARU - Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Riau, Zainal Arifin angkat bicara terkait munculnya kasus Covid-19 di sekolah - sekolah yang melakukan tatap muka.

Zainal mengatakan, Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri terkait aturan pembelajaran di masa Covid-19 belum dicabut, maka dari itu, sekolah harus mengikuti aturan tersebut.

"SKB tiga menteri belum dicabut. Jadi, ketika di sekolah ada ditemukan positif, sekolah harus dibuka hanya pada jam tertentu, dibuka secara bergantian. Tidak full day," kata Zainal, Kamis (11/8/2022).

Kata Zainal, jika kasus sudah semakin tinggi baru akan dilakukan pencegahan dengan meliburkan sekolah, sudah tidak ada gunanya lagi.

"Makanya, SKB tiga menteri itu harus tetap dilakukan. Apa harus dilakukan sekolah virtual dan sebagian ada yang datang sekolah, harus lebih dipertegas lagi. Ini sudah kami koordinasikan ke Dinas Pendidikan," tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, seiring meningkatnya kasus Covid-19 varian baru, khususnya pada anak umur di bawah 18 tahun, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Riau, meminta protokol kesehatan harus diperketat untuk Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di berbagai tingkatan sekolah di Provinsi Riau.

"Dalam beberapa minggu terakhir, ternyata banyak sekali kasus yang didominasi oleh umur di bawah 18 tahun, pada anak usia sekolah SD, SMP, maupun SMA," kata Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau, dr Indra Yovi.

Ia memaparkan, beberapa pekan terakhir terjadi peningkatan kasus Covid-19 yang terkonfirmasi oleh Kementrian Kesehatan pada sub varian baru BA.4 dan BA.5 di Indonesia.

"Terkait mutasi, sejauh ini yang kita khawatirkan saat ini adalah BA.4 dan BA.5, sementara mutasi sel baru BA.75 itu belum dikonfirmasi oleh Kementrian Kesehatan," jelasnya

Untuk itu, dia mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau dan seluruh kepala sekolah di Riau terkait kenaikan kasus Covid-19 agar meningkatkan protokol kesehatan PTM di sekolah karena ditemukan kasus Covid-19 klaster sekolah.

"Tetapi, dalam peningkatan kasus dalam satu minggu terakhir, terutama anak-anak sekolah, kami mengharapkan kepada pemerintahan dan kepada para kepala sekolah untuk memastikan menjalankan kembali protokol kesehatan yang selama ini sudah dijalankan, tetapi karena berkurangnya kasus mungkin ada abai di sana," kata dia.

Kasus Covid-19 muncul, sambungnya karena kurangnya pemantauan (tracing) pada anak-anak yang bergejala demam, batuk, pilek, radang tenggorokan, sehingga mengalami kebobolan pada klaster sekolah.

"Kami mendapatkan fakta dan data beberapa sekolah yang kasus positifnya terjadi tidak melakukan pemantauan dan tracing maupun isolasi benar dan baik untuk siswa-siswa yang terkonfirmasi," jelasnya.(clc)

TERKAIT