Masjid Bundar


Hari mulai gelap, tak lama azan maghrib terdengar. Saya dan sang teman ngopi sore sepakat utk break ngobrol, guna menunaikan shalat maghrib.

"Kita ke masjid di belakang swalayan ini bang haji," katanya sambil menutup gelas dengan tadah.

"Kenapa tidak di mushala belakang warung kopi ini saja?" tanya saya. Memang biasanya kami kalau ngopi di Jalan Purwodadi Panam ini selalu shalat di mushala komplek perempuan belakang warkop ini.

"Belum pernah shalat di masjid Bundar kan? Yuk!" Dia pun menyeret saya melangkah ke masjid yg tidak terlalu jauh tsb.

Masjid Bundar? Kayak nama gedung Kejaksaan Agung saja, Gedung Bundar. Hehe. Saya mengikuti langkahnya. Dalam hati penasaran juga seperti apa bentuk Masjid Bundar itu.

Sesampainya di depan masjid ada gapura. Di sana tertulis Masjid Bundar Al Murtaja. Oh ternyata nama bundar memang tertera di nama resmi masjid. Kalau Al-Murtaja berarti pengharapan atau yang dicita-citakan.

Kami segera mengambil wudhu di luar masjid, kemudian melangkah masuk ke dalam. Dari luar saya tidak melihat ada bangunan lain di luar masjid, sehingga model bangunannya benar-benar bundar atau bulat. Saya penasaran, apakah dinding juga bundar seperti teras masjid? Hmm ternyata dindingnya tidak bulat, melainkan persegi.

Setelah melewati beberapa anak tangga, saya pun melangkah ke dalam. Ada banyak pintu masuk utk masuk ke masjid yg didominasi warna hijau ini. Saya hitung dalam hati. Satu, dua, tiga.. enam. Banyak juga. Padahal masjid ini tidaklah terlalu besar.

Di dalam masjid ada dua mimbar, kiri dan kanan. Di antara mimbar ada ruang yg dipakai untuk posisi imam. Agak ke dalam saya dikejutkan dengan sebuah gambar Ka'bah cukup besar di hadapannya. Lengkap dengan gambar pintu Ka'bah dan batu Hajar Aswad.

Sebagaimana diketahui pada Ka'bah kita mengenal ada empat rukun atau sudut, yakni rukun Syami, Yamani,
Hajar Aswad dan Iraqi. Nah gambar yg di dalam masjid Bundar Al-Murtaja ini adalah sisi Ka'bah yg paling dikenal. Yakni antara Hajar Aswad dan Rukun Iraqi di mana terdapat batu Hajar Aswad, pintu Ka'bah dan Multazam.

Multazam adalah bagian sisi Ka'bah yang ada antara sudut Hajar Aswad hingga ke pintu Ka'bah, para ulama sepakat menjadikan tempat ini sebagai tempat yang mustajab untuk berdoa.

Sedang asyik memperhatikan sekitaran dalaman masjid, tiba-tiba terdengar suara Iqamah. Kami pun shalat maghrib berjamaah.

***

"Bang, sini. Coba lihat prasasti ini," kata sang teman memanggil saya. Dia menunjuk sebuah dinding batu yg bertuliskan sejumlah keterangan. Di bawahnya ada tiga tanda tangan, salah satu di antaranya ada nama dan tanda tangan Gubri Syamsuar. Oh, ternyata masjid ini diresmikan oleh Gubri Syamsuar pada 22 Maret 2019, tepatnya hari Jumat.

Di sebelah nama Syamsuar ada nama dan tanda tangan ketua dan sekretaris pengurus masjid. Yg menarik bagi saya, ketua dan sekretarisnya bertitel doktor. Menurut teman saya, masjid ini terletak di lingkungan perumahan yg banyak ditempati para dosen dari Unri dan UIN Suska.

"Bang, coba abang hitung berapa anak tangga mulai dari bawah sampai ke lantai masjid," sang teman ngopi sambil menunjuk tangga masjid. Saya hitung. Ada lima.

"Lima anak tangga itu maknanya melambangkan jumlah rukun Islam," jawabnya sambil tersenyum.

"Oh. Ada maknanya toh. Saya pikir biasa saja. Jangan-jangan jumlah pintu yg enam itu melambangkan rukun iman ya. Hahaha, luar biasa," kata saya tertawa.

"Iya bang. Ini dibaca!"

Saya pun memelototi tulisan pada dinding prasasti. Di sana tertulis nama masjid "Bundar Al-Murtaja" bermakna kebersamaan yg diharapkan. Kemudian ada dua buah mimbar yg saya lihat tadi, ia melambangkan keyakinan kepada Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian delapan persegi dinding masjid melambangkan jumlah arah mata angin.

Hmmm. Seketika saya pindahkan pandangan ke arah dalaman masjid. Terlihat tiang-tiang, jendela masjid baik yg di bawah maupun di bagian atas. Yg di bagian ada tiga puluh jendela maknanya jumlah juz pada Al-Qur'an. Sedangkan yg diatas ada 25 jendela yg melambangkan jumlah nabi dan rasul.

Wow, keren juga.

Masjid Bundar Al-Murtaja memiliki 17 tiang yg melambangkan jumlah rakaat shalat fardhu. Pada teras terdapat tiang-tiang yg jumlahnya sebanyak 13 buah. Ini melambangkan jumlah rukun shalat. Sedangkan sebanyak 45 pilar kubah bermakna tahun kemerdekaan Indonesia.

"Itu belum detil bang," ujar teman, "Abang lihat ke dalam setiap ornamen disana bahkan memiliki makna."

Memang benar. Di sana saya melihat ada empat lemari. Ternyata keempatnya melambangkan sahabat nabi. Di sana juga ada dua mimbar yg melambangkan keyakinan kepada Allah SWT dan nabi Muhammad SAW. Sedangkan satu sisi gambar Ka'bah yg didepan tempat imam shalat melambangkan arah kiblat umat Islam.

"Bahkan jumlah lampu disini pun ada maknanya bang," kata sang teman.

"Ha. Lampu pun ada? Ada berapa jumlah lampu di masjid ini?" tanya saya lagi.

"Ada 99 buah. Sesuai jumlah Asmaul Husna," jelasnya.

Wow. Iya pula ya.

Sumpah. Baru sekali ini saya melihat ada masjid yg memiliki makna filosofis pada setiap ornamennya. Tak heran sih, pengurusnya saja doktor. Memang luar biasa.

Maghrib besok shalat ke sini lagilah. Bacaan imamnya enak.

***
TERKAIT