Agenda Parekraf Bergeliat, Riau Gelar Festival Pulau Rupat Secara Hybrid

PEKANBARU - Dinas Pariwisata (Dispar) Riau mulai menggelar sejumlah agenda pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf). Satu diantaranya adalah Festival Pulau Rupat.

Festival ini memilih tema "Culture Paradise" bakal dilaksanakan secara tatap maya dan tatap muka atau hybrid. Disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Pariwisata Riau. Menyuguhkan pesona kawasan wisata bahari Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau, pada 23-25 Oktober 2021.

Adapun sejumlah kegiatan yang dilaksanakan hybrid dan disiarkan melalui YouTube adalah, lari 10 K, fesyen show, pameran fotografi, seni pertunjukan menampilkan, RDP and The Syndicate, Sanggar Sri Melayu.

Selain itu, juga ada penampilan pelaku ekraf lainnya yakni, Dristik Hip Hop, Jass Manggoo, Nurul Arief, Putri Kencana, Omok, dan atraksi zapin api.

"Pendemi COVID-19 sudah melandai, meski begitu belum usai. Namun, sektor pariwisata harus bangkit. Untuk itu kami mencoba membangkitkannya melalui event Festival Pulau Rupat. Dilaksanakan secara hybrid dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Wisatawan yang ingin datang bakal dibatasi 50 persen," kata Kepala Dispar provinsi Riau, Roni Rakhmat, pada Rabu (20/10) di Pekanbaru.

Kegiatan Festival Pulau Rupat bakal difokuskan di dua lokasi destinasi wisata bahari, yakni di Pantai Lapin dan Mercusuar, Kecamatan Rupat Utara. Dua lokasi ini tepat berada di bibir pantai berpasir putih, di tepian Selat Malaka, berseberangan langsung dengan Port Dickson Malaysia.

Seniman Riau, Rino Dezapati  mengatakan, event Festival Pulau Rupat merupakan "angin segar" bagi pelaku parekraf Riau, khususnya di bidang seni pertunjukan.

Masa pandemi COVID-19 saat ini, imbuh Rino, yang bisa membantu pelaku parekraf, seni pertunjukan agar bisa bergeliat adalah pemerintah pusat dan daerah.

"Karena kalau kita berharap dengan pihak swasta mereka masih wait and see melihat kondisi investasi dan pandemi. Jadi event yang dilaksanakan Dispar Riau, meskipun digelar secara prokes ketat dan hybrid, ini merupakan kegiatan yang dinanti-nantikan oleh para seniman di Riau," ujar Rino, seniman yang juga pendiri Riau Rhythm Chambers Indonesia.

Rino mengakui kegiatan seperti ini sangat minim digelar di Riau. Namun, ia memahami kondisi itu, lantaran refokusing anggaran pandemi COVID-19.

"Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah karena minimnya kegiatan-kegiatan bagi pelaku parekraf. Hal itu dikarenakan anggarannya diserap untuk refokusing penanganan covid. Kondisi ini juga terjadi di sejumlah Kementerian di Jakarta.

"Harapan kami, semoga acara yang digelar Dispar Riau berjalan baik dan lancar untuk ke depan. Sehingga bisa menjadi 'angin segar' bagi pelaku seni pertunjukan," ucap Rino, pria yang sudah berpuluh tahun bergelut di seni pertunjukan musik nasional dan internasional.

Rino menuturkan, meski para seniman di Riau tidak bisa semua terakomodir karena anggaran yang sedikit. Tapi kegiatan ini berdampak positif bagi pelaku parekraf yang terdampak COVID-19.

"Karena untuk recovery di masa pandemi ini, harapan pelaku parekraf hanya dari pemerintah. Melalui kegiatan seni pertunjukan hybrid ataupun virtual, tentunya bisa berdampak ekonomi bagi pelaku seni pertunjukan yang terdampak pandemi," tandas Rino. (*)

TERKAIT