Jokowi Kalah di Riau

Pengamat: Dukungan dari Kepala Daerah ke Paslon tak Pengaruhi Pilihan Rakyat


PEKANBARU - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma'ruf Amin Provinsi Riau, Idris Laena mengakui pihaknya kalah unggul dari Paslon Nomor urut 02 Prabowo- Sandiaga Uno pada Pilpres 2019.

Kekalahan Jokowi di Riau ini merupakan yang kedua kalinya di kontestasi pilpres. Pada 2014 lalu, juga harus pasangan Jokowi-Jusuf Kalla juga mengakui keunggulan pasangan Prabowo-Hatta.

Pada 2014 lalu di Riau, pasangan Prabowo-Hatta unggul dengan perolehan suara 1.349.338 atau 50.12 persen. Pasangan tersebut menang tipis dari rivalnya pasangan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla yang memperoleh 1.342.817 suara atau 49.88 persen.

Walaupun belum ada hasil resmi, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno diprediksi unggul jauh dari Jokowi-Ma'ruf Amin. Bahkan diprediksi pasangan yang diusung dari ijtima' ulama ini meraih suara diatas 60 persen.

Tentu saja kondisi ini menuai tanda tanya, mengingat pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin didukung hampir semua Kepala Daerah di Riau. Mulai dari Gubernur hingga Bupati dan Walikota.

Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) DR Aidil Haris mengatakan, kemenangan Prabowo-Sandiaga Uno di Riau sebenarnya sudah bisa ditebak jauh-jauh hari.

Apalagi dari beberapa survei yang dilakukan berbagai lembaga memang menempatkan Riau sebagai salah satu basis suara pasangan ini.

Kendati didukung sejumlah Kepala Daerah kata Aidil, tidak akan berpengaruh banyak dalam mendongkrak suara Jokowi-Ma'ruf Amin di Riau.

"Menurut saya, deklarasi kepala daerah ini lebih secara pribadi, bukan institusi. Ini harus kita pilah, gak bisa pula ini kita menjustifikasikannya, dia sebagai gubernur, bupati atau walikota, walaupun bisa dikaitkan," ungkap Aidil.

Tak heran kata Aidil, dukungan para kepala daerah ini tidak banyak mempengaruhi pemilih. Menguatnya dukungan pemilih di Riau kepada paslon 02 lebih kepada keinginan masyarakat untuk melakukan perubahan saja, terutama dari segi ekonomi.

Apalagi para kepala daerah di Riau tidak bergerak dan melakukan sosialisasi atas dukungan itu secara persuasif kepada masyarakat. "Hanya deklarasi saja, tidak ada pergerakan mengajak secara persuasif," ucapnya.

Disamping itu, naiknya dukungan kepada paslon 02 lebih kepada keinginan untuk perubahan di kepemimpinan bangsa.

"Keinginan masyarakat saat ini

tidak neko-neko, apa yang menjadi kebutuhan itu mudah di dapat, harga terjangkau. Itulah yang menjadi dasar gejolak untuk mengganti pemimpin itu cukup besar," tukas Aidil.

Tak hanya Riau kata Aidil, hampir semua daerah di Sumatera terjadi hal yang sama, sehingga tidak heran Prabowo-Sandi bisa memenangi sebagian besar suara di Provinsi yang ada di Sumatera.

Efek UAS

Disinggung mengenai pengaruh Ustad Abdul Somad ikut mendongrak suara Prabowo-Sandi di Riau, Aidil Haris mengaku sepakat untuk hal ini.

"Kalau pengaruh UAS ini sudah pasti besar, karena beliau bukan saja sekedar ulama yang tenar, tapi ulama yang memiliki ilmu. Jadi juga tempat umat bertanya. Suara UAS ini menjadi perhatian publik. Jadi, pertemuan pak prabowo dan UAS ini sangat berpengaruh, karena beliau cakapnya di dengar umat," ulasnya.

Bahkan Aidil berspekulasi, jika UAS tidak muncul di injurytime dengan Prabowo, hasilnya akan berbeda yang ada saat ini.

"Kita belum tahu hasil akhir (Pilpres) seperti apa, tetapi pengaruh UAS ini cukup besar membantu perolehan suara Prabowo, terutama di daerah yang dikunjungi UAS," tegasnya.

Jika UAS tidak muncul (bertemu prabowo, red) kata Aidil, kemenangan telak Jokowi terbuka lebar. "Bahkan survei terakhir, jika UAS netral, kemenangan telak untuk Jokowi cukup besar," tandasnya.(clc)
TERKAIT