Di Papua, Mangrove Diolah Jadi Sirup Hingga Hand Sanitizer

Ket Foto: Aafi Syaddad/detikcom

Jakarta - Tanaman mangrove umumnya diketahui sebagai tanaman pesisir pantai yang berperan menahan erosi dan gelombang tinggi dari air laut. Tapi, tahukah kamu jika tanaman tersebut juga dapat bernilai ekonomis.

Mangrove rupanya dapat diolah menjadi berbagai macam kebutuhan manusia, seperti halnya dilakukan oleh salah satu mitra konservasi Direktorat Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kelompok Sadar Wisata Ciberi yang mengolah mangrove menjadi sirup hingga hand sanitizer.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Ciberi, Petronela Merauje mengungkapkan hal tersebut merupakan buah program kemitraan konservasi yang diusung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Dirjen KSDAE. Ia mengatakan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua telah melakukan pembinaan kepada kelompoknya dalam pemanfaatan tanaman mangrove.

"Balai besar memberikan kami binaan pemanfaatan terlebih khusus bagaimana mangrove itu bisa dimanfaatkan. Bisa diolah menjadi sirup, es krim, hand sanitizer, dan lain sebagainya," ujar Mama Nela, sapaan akrabnya dalam kegiatan talkshow Festival LIKE, Indonesia Arena, Jakarta, Minggu (17/9/2023).

Selain mangrove, kelompoknya juga dapat binaan terkait pengolahan sampah. Mama Nela mengatakan hal tersebut sangatlah membantu, mengingat sampah merupakan masalah besar bagi masyarakat di kawasannya.

"Juga sampah, menjadi satu masalah bagi masyarakat yang ada Teluk Youtefa, bagi masyarakat adat. Karena Teluk Youtefa itu sudah menjadi bank sampah terbesar di Kota Jayapura, dan itu salah satu masalah yang saya hadapi," tekan Mama Nela.

"Terimakasih balai besar mendukung kami untuk mengolah sampah itu menjadi suatu produk yang berguna," tambahnya.

Adapun hasil olahan sampah tersebut berupa cendera mata, buket bunga, dan benda-benda lainnya.

Peran BBKSDA tidak hanya sampai disitu, Mama Nela melanjutkan BBKSDA juga membantu memperkuat hak masyarakat lokal dalam mengelola kawasan konservasi.

"Saya bersyukur dengan adanya Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua hadir sebagai mitra kami masyarakat adat disana, dalam melindungi hak-hak kami sebagai pemilik hak bulat masyarakat adat. Supaya tempat kami itu tidak diganggu oleh orang-orang lain atau tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab," terusnya

Dia pun menuturkan program kemitraan konservasi telah berperan positif bagi masyarakat di sekitarnya, sehingga perlunya program tersebut dipertahankan bahkan ditingkatkan.

"Saya melihat bahwa kemitraan ini sangat baik untuk tetap dijaga. Karena itu menolong masyarakat disana," ujar Mama Nela.

Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal (Dirjen) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Satyawan Pudyatmoko menyebutkan 'local champion' seperti Mama Nela dari Kelompok Sadar Wisata Ciberi ini harus diberi dukungan penuh.

Menurutnya, dengan merangkul 'local champion' berkompeten sebagai mitra, permasalahan yang terdapat dalam kawasan-kawasan konservasi dapat segera terselesaikan.

"Banyak local champion yang kompeten, yang memiliki komitmen yang kuat, yang memiliki leadership, memiliki semangat juang yang tinggi ini harus kita dukung, kita perbanyak jumlahnya, dan kita kerjasama sebagai mitra yang tangguh bagi kita untuk penyelesaian-penyelesaian problema yang ada di dalam kawasan konservasi," ujar Satyawan.

sumber : news.detik.com


TERKAIT