Pemilu Legislatif Venezuela Bisa Memperluas Kekuasaan Maduro

Jakarta -- Masyarakat Venezuela memberikan suara mereka dalam Pemilihan Umum Legislatif yang diselenggarakan Minggu (6/12) waktu setempat.

AFP melaporkan pemilu yang disebut rekayasa ini bakal membuat Presiden Nicolas Maduro semakin memperdalam kekuasaannya, sementara kekuatan oposisi Juan Guaido yang didukung Amerika Serikat makin melemah.

Kemenangan diprediksi akan diperoleh dengan mudah oleh Maduro yang memimpin Partai Sosialis dan memperluas pengaruh dari kursi di parlemen, satu-satunya lembaga yang belum dikuasai oleh Maduro.

"Harinya telah datang. Kami telah bersabar," kata Maduro pada Sabtu (5/12) di Istana Kepresidenan Miraflores di Caracas. Pemilu ini menjadi momentum setelah lima tahun parlemen dikuasai oleh oposisi Maduro.

Sementara itu, Guaido menyerukan boikot Pemilu dengan alasan bahwa pemilihan dilakukan tanpa kondisi "bebas dan adil". Ia bahkan menyebut Pemilu sebagai "penipuan".

"Tujuan Maduro bahkan bukan untuk mendapatkan legitimasi." kata Guaido kepada AFP dalam sebuah wawancara pekan ini. Ia menuding Maduro hanya ingin menghapus semua hal berbau demokrasi.

Guaido dan sekutunya telah merencanakan kampanye demi mendulang suara dan melanggengkan kekuasaan di parlemen hingga pemilihan yang "bebas, dapat diverifikasi, dan transparan" bisa diadakan.

Namun situasinya sedikit berbeda karena Maduro diketahui menguasai institusi negara, termasuk Mahkamah Agung dan militer, secara kuat.

Sementara itu, pemilihan ini dilaksanakan dalam situasi krisis politik dan ekonomi di negara tersebut. Masyarakat Venezuela telah berbulan-bulan selalu mengantri untuk mendapatkan bahan bakar, dan keterbatasan yang parah akan stok pangan juga medis.

Kondisi krisis itu yang diprediksi oleh Luis Vicente Leon dari Datanalisis akan membuat partisipasi dalam Pemilu menjadi kurang dari 34 persen.

Sebelum menjadi presiden, Maduro merupakan seorang mantan supir bus dan anak didik dari Hugo Chavez. Ia menjadi presiden kala Chavez meninggal pada 2013 dan kembali terpilih pada 2018 melalui sebuah pemilihan yang diyakini curang.

Amerika Serikat, Uni Eropa, dan banyak negara Amerika Latin telah menduga krisis ekonomi yang melumpuhkan Venezuela akibat dari penindasan juga kesalahan pemerintahan Maduro.

Negara-negara tersebut kemudian mendukung Guaido kala Ketua Parlemen itu menyatakan diri sebagai presiden sementara pada Januari tahun lalu. Akan tetapi taktik itu dianggap sebagai pertaruhan yang putus asa.

Sementara itu, AFP melaporkan, Maduro diprediksi kembali menang dalam Pemilu tahun ini, Minggu (6/12) waktu setempat. Ia didukung oleh Rusia dan China untuk semakin melanggengkan kekuasaannya.

KPU Venezuela, yang dipilih oleh Mahkamah Agung di sisi Maduro, mengatakan lebih dari 20 juta orang berhak mengikuti Pemilu pada tahun ini.(cnn)

TERKAIT